Salah satu sekte Islamiyah
yang tersohor di beberapa Negara Islam adalah Syiah. Dalam tubuh Syiah sendiri terdapat
beberapa pemahaman khususnya dalam studi Fiqhiyah yang merancau baik dalam asal
atau pun furu’, termasuk di antaranya adalah Syiah Zaidiyah atau Madzhab
Zaidy.
Ideologi Zaidiyah
Sebelum merancau pada inti sari
pembahasan fiqih dalam syiah zaidiyah. Kita harus mengatahui seluk beluk dari Firqoh
Syiah Zaidiyah itu sendiri. Abu Muhammad Zaid bin Ali bin husein bin Ali
r.a adalah pendiri dari syiah zaidiyah. Zaid merupakan dari salah satu cicit
dari sayyidina Ali r.a dari keturuan
sayyidina husein. Dalam satu sudut syiah
Zaidiyah melenceng dari asas pehaman golongan syiah, terbukti dari cara memahami
tentang status Imamah dalam syiah. Golongan zaidy -- nama akrab dari syiah Zaydiah—berpendapat
bahwa calon imam dalam islam diperbolehkan mengangkat dari keturuna sayyidah
Fatimah menjadi imam yang kapadel, asketisisme, patriotic ( Al-Mafdhul ).
Dalam keimaman dalam sekte ini tidak
di haruskan dari orang yang al-afdhul. Di lihat juga dalam percekapan Dain
dengan salah satu dari pengikut syiah tentang kekhalifaan yang di serahkan pada
sayyidina Abu Bakar r.a dan sayyidina umar r.a. Zaid berkata “ Allah telah
mengampuni keduanya (Abu Bakar dan Umar) dan saya tidak perna mendengar telah
membebaskan keduanya. Dan saya tidak akan berkata kecuali kebaikan pada
(keduanya)”.
Bukan hanya dalam konsep keimamahan
nya di berbeda dengan kelompok Syiah. Bahkan salah satu dari kelompok syiah
Imamiah (syiah itsna asyar). Berkomentar tentang status dari kelompok syiah
zaidiyah, meraka berkata “ Zaidiyah bukan lah termasuk dari golongan syiah,
dan juga dalam kelompok Ahli sunnah waljamaah dan khowarij. Bahkan meraka
adalah sekte individu (dari Firqoh-Firqoh Islamiyah), bukan termasuk dari ahli
sunna dah khoworij, karna telah memberi hak pada keturunan dari sayyidina ali
r.a. Dan bukan dari fiqoh syiah, karena telah memberi keputusan tentang tidak
wajibnya atas ke kholifaan”.
Madzhab Penuh Karya
Bermula dari awalnya perpecahan umat
islam mulai dari era pasca bentrok
antara Muawiyah r.a dan sayyidina Ali r.a. Dan sampai perang
karbala, Umat islam masih dalam kerancauan ediologi yang bermacam-macam. Termasuk
di dalamnya pemahaman Syiah Zaidy yang secara spesifik melenceng dari asas
ediologi Syiah “Istna Asyar”. Terbukti dari hasil kajian karna tangan
Syiah Zaidy, mulai dari bidang studi ilmu kemasyarkan (fiqih), usul fiqh,
Tafsir Hadist, Tarikh, dan biografi.
Salah satu dari Ulama’ madzhab
Zaidiy yang mungkin sudah tidak di ragukan lagi status karyanya di kalangan
pesanten iyalah :
1.
Ibnu wazir ( Muhamad bin Ibrahim 775-840 H ),
merupakan dari salah salah satu ulama karismatik dan Intelektual di masanya.
Ibnu wazir mempelajari disiplin Ilmu dari madzhab nya (madzhab Zaidy)
dan dari madzhab yang lain, termasuk madzhab Ahli sunnah wal-Jama’ah. Di
antara karyanya adalah “ Tarjihu Al-asalibi Al-qur’an ala Al-asalibi yunani
”dam kitab “ I’staru al-haq ala al-kholiq “
2.
Ibnu Amir ( muhammad bin ismail 1099-1182 H).
Beliau telah mentelaah di siplin Ilmu dari beberapa ulama Mukhtalaf (berbeda
madzhab dan doktrin). Di kalangan Ahli sunnah wal-Jama’ah beliau lebih
terkenal dalam bidang Hadist. Di
antara karyanya adalah Subul as-Salâm dan Irsyâdun-Naqôd. Begitu juga
Ibnu amir termasuk dari pemikir ahli sunnah waljamaah. Ini bisa di lihat dari
karya tulisnya yang berjudul “Thathhirul-I’tiqod an adrânil-Ilhab” mengupas
tentang bid’ah, syirik, dll.
3.
Imam as-syaukani. Karya tulisnya telah mencapai
+ 100 buah kitab yang mencakup tentang fiqih, usul fiqh, tafsir, hadist,
dan tarekh. Semisal kitab “Fathul-Qadir” membahas masalah tafsir. “Nailul-author”
membahas masalah Hadist. Dan “Irsyâdul-fuluh” membahas tentang usul
fiqh.
Penganmbilan dalil
Dalam madzhab zaidy colah pikir nya
mengikuti imam zaid bin ali, pendiri dari kelompok ini. Dan juga dalam masalah furu’
da asal agak condong ke pemikiran mu’tazilah. Sebab zaid adalah merupakan
dari salah satu murid wasil bin atho’ pendiri mu’tazilah. Tapi dalam
satu aspek masalah usul golongan ini mengikuti alur pemikiran ahli sunnah
wal-jamaah.
Dalam mengambil suatu masalah,
golongan ini (madzhab zaidy) merujuk pada al-quran, as-sunnah (Hadist), dan
al-Qiyas. Lalu datanglah
mujtahid-mujtahid dari madzhab zaydy setelanya. Dan mengistimbat hukum dari
furu’-furu’nya (al-quran, hadist dan Qiyas) yang lebih di kenal dengan istilah usul zaydy atau fiqh
zaidy , tidak jauh berbeda dengan cendikiawan dari golongan Ahli sunnah
wal-jamaah, di lihat dari pengambilan suatu hukum dr al-quran hadis dan qiyas
Al-hasil, bahwa
madzhab zaidyah terdapat benang tipis dalam pola pengistimbatkab hukum dangan
ahli sunnah wal-jamaah.