Khadijah di Masa Kini, Mungkinkah?



Berbicara tentang perempuan. Berbicara tentang keindahan. Sebagai perhiasan yang penuh dengan sejuta pesona. Pembahasan tentang perempuan tidak akan ditemukan kata Bersambung. Ia akan selalu menjadi sorotan kaum adam. Dimana pun ia berada, ia akan selalu menjadi target buruan kaum adam untuk dijadikan tulang rusuknya.

Disisi lain, perempuan merupakan bangunan yang kokoh yang mencetak produk-produk kemanusiaan yang handal. Tak jarang kita lihat, dibalik orang-orang besar dan tokoh-tokoh berpengaruh di Dunia, ada seorang wanita dibelakangnya. Meski secara fisik ia lemah, tapi jiwa dan hatinya besar. Meski secara tuturkata lembut, tapi ucapannya bisa menaklukkan “Raja” sekalipun. Ibarat permata. Meski terbentuk dari partikel benda badat dari tanah, ia bisa menjadi perhiasan yang indah dan dapat menghipnotis setiap mata orang yang memandangnya.

Pada zaman era teknologi sekarang, tidak bisa pungkiri, jumlah perempuan di Dunia melonjak drastis. Populasi disetiap sektor negara didominasi oleh kaum hawa. Mereka bukan hanya menghiasai dapur dengan pekerjaan rumahnya. Bukan juga hanya menjadi sandaran banyinya ketika tidur. Melainkan ia menjadi dua sosok sekaligus, menjadi ibu rumah tangga dan menjadi tulak rusuk keluarga. Ia juga mengisi job  kantor untuk mencari nafkah anak-anaknya. Tapi hal itu, bukan menjadi halangan untuk menjalani rel kehidupan.

Dalam Islam, sosok itu tergambar dalam diri istri baginda Nabi Muhammad saw., ialah Khadijah binti Khuwailid. Sesosok saudagar kaya raya, berparas cantik, bernasab baik, dan berakhlaq mulia. Kesetiaannya mendampingi Nabi, telah menjadi bukti historis dalam penyebaran ajaran Islam di kota Mekkah saat itu. Meski usianya yang lebih tua dari Nabi, ia tetap bersikap menjadi seorang istri idaman yang selalu setia menemaninya. 

Maka tak heran, Nabi memilihnya sebagai istri pertamanya. Bukan seperti pemuda saat ini; paras cantik dan body yang seksi menjadi salah satu kreteria calon pasangannya. Tapi Nabi tidak. Beliau melihat ia adalah sosok wanita yang sabar, ikhlas, penuh percaya diri, dan dapat memberikan sport dalam menyebarkan dakwahnya. Sikap itulah kenapa Nabi memilih Khadijah sebagai istri pertama. Bukan yang lain!

Begitu juga, bukan seperti kelompok kaum feminis yang mengaku bahwa semua hak dalam kehidupan harus disamaratakan antara laki-laki dan perempuan. Apa yang menjadi hak laki-laki harus dimiliki oleh perempuan. Dalam Islam ada porsi tersendiri dan batasan bagi keduanya yang terkadang manusia belum bisa mengerti (ghairu al-ma’qul al-ma’na). Ada hikmah dibaliknya yang menjadi bekal pahala bagi pemeluknya, ketika perempuan berada ‘dibelakang’ laki-laki.

Semisal, secara de pacto, perempuan diciptakan dengan keindahan fisiknya. Oleh karena itu, dalam shalat perempuan tidak boleh menjadi imam shalat bagi laki-laki. Sebab akan menjadikan hilangnya konsentrasi (khusus’) bagi laki-laki ketika sholat. Sedangkan dalam pernikahan, perempuan tidak boleh menjadi wali dalam akad nikah (Ijab-qabul). Sebab dalam penyerahan calon pengantin, seorang perempuan memiliki emosional yang tinggi. Sehingga sifat ragu-ragu, tidak pasrah, merasa kasihan, dan lain sebagainya akan selalu menyelimuti mereka. Berbeda dengan kaum adam. Secara watak (tabiat), laki-laki memang diberi kelembihan tersendiri dalam sikap emosional.

Hal itu semua, tidak berlaku dalam ranah spiritual. Al-Quran telah menegaskan bahwa orang yang bertaqwa tidak melihat jenis kelamin (QS. Al-Hujarat [49]: 13). Orang yang berhak berada disurga-Nya adalah orang yang memiliki totalitas penuh dalam beribadah. Ibadah yang dimaksukdan adalah bukan hanya ibadah shalat saja dan beberapa kegiatan spiritual lainnya. Berkarir juga termasuk dalam ibadah, apabila tujuan dan niatnya adalah untuk mendapat ridha-Nya.

Khadijah Wanita Idaman
Khadijah adalah istri pertama yang sangat dicintai oleh Nabi. Ini terungkap dari ungkapan istri Nabi, ‘Aisyah r.a., “Aku tidak cemburu dengan istri-istri nabi, dan aku tidak cemburu pada Khadijah. Akan tetapi Nabi selalu menyebut namanya (disetiap saat). Terkadang Nabi menyembeleh seekor kambing (untuknya), lalu menaruhnya di shada’iq (kamar)nya. Saat itu aku bekata pada Nabi, “Apakah tidak ada wanita lain (yang paling istimewah) di dunia ini kecuali Khadijah?”., Nabi menjawab, “Sesungguhnya ia (Khadijah) telah setia menemaniku dan berbuat banyak untukku. Dan aku telah memiliki anak darinya.” (HR. Bukhari)

Bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw. tidak mencintai Khadijah?, sedangkan Nabi selama menjalani kehidupan dengan membawa beban sebagai utusan Allah, Khadijah selalu berada disampingnya dan menemani baginda Nabi Muhammad saw. disetiap saat. Ini terbukti dari pengakuan Nabi Muhammad saw. sendiri, “Aku ditakdirkan untuk mencintainya (Khadijah)”. (HR. Muslim).

Kecintaan itu tergambar dalam bahtera kehidupan keduanya. Bagaimana tidak?, Khadijah dengan kekeyaannya yang melimpah menikah dengan sesosok manusia yang memiliki finansial yang minim. Ia rela harga dirinya dihina oleh orang-orang Quraisy saat itu. Sebab pada waktu itu, seorang perempuan yang ingin menikah harus sepadan (kafaah) dengan calon suaiminya. Tapi itu tidak menjadi halangan baginya untuk mencintai dan menikahi Nabi. Ia rela meninggalkan kekayaannya untuk berjuang bersama dengan Nabi dalam menjalani kehidupan yang diridhoi oleh Allah. Cinta adalah segala-galanya!.

Konon, pertemuan pertama Nabi Muhammad saw. dengan Khadijah, ketika Khadijah mendengar bahwa salah satu pedagangnya adalah orang yang jujur, bertanggung jawab, memegang amanah, dan memilik akhlaq yang mulia. lalu Khadijah memanggil nabi dan memerintahkan untuk membawa barang dagangan ke Syam (Syiria) ditemani oleh Maisarah. Setelah kembalinya dari Syam untuk menyerahkan keuntungan dagangannya, Maisarah menceritakan kisah selama perjalannya bersama Nabi. Ia melihat Muhammad adalah sosok yang istimewah. Memiliki akhlaq yang mulia. dan dapat dipercaya (amin).

Khadijah dan Wanita Masa Kini
Berbicara wanita pada zaman sekarang, terlintas dalam benak kita, wanita yang matrealistis, wanita yang lebih mementingkan karir dari pada keluarga, dan wanita yang hidup dengan perhiasan dan baju-baju trend yang mengikuti zaman. Pandangan ini setidaknya bisa kita lihat dibeberapa media, baik media teletivi, media cetak, dan media sosial. Berjuta foto ala gaya zaman now, selfi disetiap saat, baik yang muda sampai dengan dewasa, terpajang dilayar-layar handphone kita.

Dari pandangan hidup era melenium saat ini, wanita juga tidak mau berdiam diri dirumah. Ia harus memiliki karir yang tinggi, penghasilan yang banyak, mempunyai suami yang kaya raya, dan lain sebagainya. Karena naiknya bahan pokok dan kebutuhan yang semakin hari semakin bertambah. Seperti; perwatan wajah, pergi ke salon, shoping, dan lain sebagainya.
Memang, wanita bukan hanya sesosok yang harus menjaga rumah saja. Akan tetapi, pola pikir tentang kehidupan matrealistis di zaman sekarang ini malah menjadi proglem. Proglemnya adalah ketika mereka berusaha untuk mencapainya dengan menggunakan berbagai cara yang terkadang keluar dari norma dan moral.

Coba kita lihat, efek dari pandangan itu. Ia rela martabat dan kehormatannya hilang demi sebuah ‘kertas’ yang bernilai secara materi, tapi tidak bernilai secara moral. Buya Hamka dalam bukunya Dari Hati Ke Hati, “Perempuan saat ini berlomba-lomba merebut kehidupan matrealis. Alat-alat penghias diri, alat-alat kecantikan lebih mahal. Kemudian muncullah lomba kecantikan, memperagakan diri, lomba ratu-ratuan. Perempuan muda yang cantik tampil kemuka mendedahkan (memamerkan) dada, pinggul, dan pahanya, ditonton bersama dan diputuskan oleh juri siapa yang lebih cantik lalu diberi hadiah."

Setidaknya begitulah potret suram wanita saat ini. Tapi bukan hal yang gak mungkin. Ada beberapa wanita yang masih bisa menjaga kehormatan dan tidak tertipu dengan kenikmatan Dunia. Anggap saja “Khadijah” masa kini.

Coba kita flash back pada masa 50 tahun lalu. Wanita masa itu terlihat jelas disekitar kita. Ibu, nenek, buk lek, dan selainnya yang lahir pada waktu itu, terkadang berkisah dan berbagi kehidupan mereka pada waktu itu. Tak jarang mereka berkata, “Kalo dulu nak, ibu gak berani keluar malam. Takut dipukulin sama nenek”. Atau “Dulu nak, ibu sama nenek jualan sambil berjalan keliling kota”. Dan sebagainya.

Dari secercah kisah yang penuh makna itu, bisa kita lihat mereka dengan tulus dan usaha yang ikhlas untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya. Rasa keluh dan resah bukan menjadi tempat aduan penyesalan. Mereka melihat dibalik itu ada berkah yang tersimpan di dalamnya, maka tak heran kadang mereka berkata, “Dulu kakek sama nenek susah nak. Tapi sekarang ibumu sudah sukses. Bisa menyekolahkan anak-anaknya. Beda sama kakek dan nenek dulu. Tamat SMP aja susah!”.

Perjuangan wanita masa dulu menjadi bukti bahwa pendidikan moral adalah tempat untuk menjadikan wanita sebagai pendidik pertama bagi anaknya. RA Kartini contonya, seorang tokoh yang menjadi inspriator para wanita, dalam suratnya kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902, menulis, “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

Senada dengan pepatah ulama, “Ibu adalah tempat pendidikan pertama (madrasah ula)”. Sebab keutamaan seorang wanita adalah mencetak generasi-generasi selanjutnya. Ibarat taman. Jika ia selalu disiram maka apa yang dihasilkan akan terlihat indah dan rindang. Dan sebaliknya, bila tidak disiram. Maka akan layu dan akan mati.

Semua itu, bisa saya simpulkan ada dalam diri Khadijah, istri Nabi Muhammad saw. Rasa tulus, ikhlas, berakhlaq mulia dan juga berjuang bersama Nabi demi terciptanya umat/generasi yang bermoral dimasa depan yang adalah bukti sesosok wanita yang istimewah.

Jangan sampai kita mengharap wanita-wanita yang berkualitas, namun lupa terhadap dirinya sebagai pencetak generasi muda. Lupa pada dirinya, sehingga dengan segala cara ia relakan dirinya demi sebuah ‘kertas’ tanpa nilai moral didalamnya. Jangan harap ‘Khadijah-Khadijah’ masa kini muncul, namun mereka tetap tidak peduli dengan perjuangan yang didasari dengan rasa tulus, ikhlas, dan akhlaq yang mulia.

Lampiran Secercah Cahaya di Kehidupan Wanitah Sholelah



Berbicara tentang salafus sholeh, terbayang di pikiran kita rata-rata yang paling dominan adalah kaum adam. Mulai dari zaman Nabi Muhammad saw. Sampai akhir abad ke-3 Hijriyah. 

Cerita tentang salaf sholeh tidak lepas dari sejarah para sahabat, tabiin dan tabit tabiin yang rata-rata kita dengar adalah mayoritas kaum adam. Sprt; Khulafa' Rasyidin, Ibnu Abbas, Abdullah bin Umar, Hasan al-Bashri, Abu Tsur, Abu Hanifah dan lain-lain.

Kita jarang mendegar sejarah dan napak tilas "nisa' salaf sholeh", mungkin hanya beberapa saja yg kita denger sprt, Sayyidah Khadijah, 'Aisyah dan Rabiah Al-Asawiyah.

Memang benar kata-kata yg sering kita dengar, bahwa di balik kesuksesan seorang lelaki tidak bisa lepas dari peran seorang wanita di baliknya.

Ibu maupun Istri adalah bentuk material yang mendorong seseorang secara psikologis maupun spiritual untuk membentuk bangunan yang kokoh. Maka benar kata pepatah, " Al-Um Madrasatul Ula. Bisa pendidikan yang diberikan baik maka hasilnya akan baik. Dan sebaliknya bila yg diberikan buruk maka hasilnya juga buruk.

Dalam buku yang di tulis oleh Nadhir Muhammad Maktabi, adalah salah satu buku yang bagus untuk para wanita di zaman ini. Sesusai dengan judulnya, penulis ingin mengungkapkan cerita-cerita wanita salaf saholeh tentang bagaimana wanita dulu beribadah, bermunajat, bersikap zuhud, wara', sampai bagaimana harus memenuhi hak-haknya sesuai syariat Islam.

Review buku : Shafahat an-Nayyarat fi Hayati as-Sabiqat
Karya : Nadzir Muhammad Maktabi.

😁

Mengenal Islamisasi Ilmu Pengetahuan

Awal munculnya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dipengaruhi dengan adanya bentrokan dan problem relasi antara Islam dan Sains. Perdebatan dan perbincangan hangat menjadi hubungan yang positif antara keduanya setelah sebelumnya negatif.

Isu tentang sains Islam merupaka perkembangan isu yang persolaannya berakar pada kontak antara Islam dan Barat pada awal abad XVII dalam dunia Islam. Pada waktu itu wacana yang dibangun adalah ketika penguasa Turki Utsmani berkesimpulan bahwa faktor kekalahan adalah sebab ketertinggalan dalam bidang teknologi militer.

Ketertinggalan tersebut itu disebut oleh Muzaffar Iqbal “catching up syndrome” (sindrom pengejaran ketertinggalan). Dalam ketertinggalan itu barulah muncul beberapa wacana dari para cendikiawan muslim untuk untuk mengadopsi sains-sains Barat dengan cara pandang (wordview) Islam yang murni. Meski cara pandang diatas merupakan bentuk terobosan baru dalam Islam, juga tidak sedikit yang tidak sependapat dengan wacana itu.

Selanjutnya, wacana yang menyentuh aspek sains secara lebih fundamental dengan cara adopsi dan akuisisi, dapat dilihat dalam pemikiran sains Islam yang sering juga dikenal dengan proyek Islamisasi Sains atau disebut Muzaffar Iqbal sebagai “Jaringan Baru” (new nexus) dalam relasi Islam dan sains.

Wacana Islamisasi sains tidak hanya sebagai kumpulan teori atau temuan yang diterapkan dalam teknologi serta metode-metodenya. Dan juga tidak menganggap sains hanya sebagai instrument yang netral menekankan pada temuan-temuan, juga tidak sekedar untuk membuktikan kebenaran wahyu. Akan tetapi wacana ini melihat bahwa sains menyentuh aspke-aspek fundamental. Dan juga tidak cenderung melihat sains barat sepenuhnya jelek sehingga harus ditolak.

Berikut di antara tokoh-tokoh cendikiawan muslim yang termuka dalam wacana Islamisai Sains;

1. Syed Mohammad Nuquib Al-Attas (l. 1931 di Bogor), beliau merupak pendiri International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Kuala Lumpur, Malaysia. Dengan adanya wadah lembaga ini, Al-Attas dan beberapa dosen dan mahasiswa mengkaji dan meneliti pemikiran dan peradaban Islam sebagai respon dan kritik terhadap peradaban Barat. Di antara karyanya; Islam and Secularism, Islam and the Philosophy of Science, Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Elements of the Worldview of Islam.

2. Ismail Raji Al-Faruqi (1921-1986), sebelum beliau pindah ke Amerika, ia perna bekerja menjadi pemerintah Inggris sebagai Gubernur. Ketika di Amerika ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan University of Harvard. Dan pendidikan doctor di University of Indiana dan di Al-Azhar University.

Selain kedua tokoh di atas, ada beberapa tokoh lain yang membawa wacana Islamisasi Sains, yaitu; Sayyed Hossain Nasr (l. 1933), Ziauddin Sardar (l. 1951), dan Mehdi Gholshani (l. 1940).

Sumber: Diambil dari beberapa sumber.

Ketika Mimpi Hanya Sebatas Hanyalan



Wahai Tuhan-Ku, di langit, bintang gemintang makin redup. Berjuta pasang mata terlelap. Dan raja-raja telah menutup pintu gerbang istananya. Begitu juga para pecinta telah menyendiri bersama kekasihnya. Tapi kini aku bersimpuh di hadapan-Mu, mengharapkan cinta-Mu. Karna telah ku serahkan cintaku hanya untuk-Mu”. 

Ujar sang penyair dari Negeri seribu satu malam, Bashra (Irak). Ia adalah Rabiah al-Adawiyyah dari klan al-Atik suku Qays bin ‘Adi. Dengan menggunakan irama bahasa yang memiliki makna yang dalam, si Rabiah tidak segan-segan bermetafora. Ia seakan bermesra di jalan-Nya, berjalan di atas takdir-Nya, berusaha untuk mencapai puncak makrifat dengan konsep cintanya, hingga berpertemu dengan kekasihnya -Illahi Rabbi-.

Mungkin benar kata Kahlil Gibran, “Kita semua sama, terpenjara dalam kesendirian. Hanya saja ada yang terkurung di ruang gelap tanpa cahaya.” Meski satu-satunya alasan kita menjalin hubungan dengan orang lain justru adalah demi kepentingan pribadi.

Berbeda dengan Râbiah, ia seakan diselimuti cahaya Tuhan (Rubbâniyyah) tanpa menghiraukan apa yang ada disekitarnya. Ia akan selalu tegar dan akan terus berusaha untuk mencapi puncaknya, yaitu pertemuan dengan Sang Kekasih yang abadi.

Begaiman mana dengan kita? Terkadang kita hanya merasa iba pada diri sendiri. Bersifat egois, memaksa kehendak. Entah itu hanya sebatas perasaan belaka atau hanya rasa takut pada diri kita. Bagaimana tidak, ketika kita mengharapkan sesuatu yang kita inginkan dan tidak mendapatkannya, kita merasa sedih dan galau dengan kesendiriannya. Seakan hanya kita yang gagal, “Suatu impian yang melewati batas takdir Tuhan."

Hati ibarat lentera dengan cahaya yang redup. Sewaktu-waktu cahaya itu akan hilang dengan sendirinya tanpa kita sadari. Dan akhirnya akan menjadi gelap-gulita. Buta akan kebenaan, menyampingkan takdir, gampang tertipu dengan tipu daya setan. 
Coba kita lirik, Al-Quran yang menjadi petunjuk jalan bagi kita. Ia sudah memberikan solusi yang tepat agar hati menjadi tenang dan terang benerang. Kita dianjurkan bedzikir dan bermunajah kepada Allah (QS. Ar-Ra’d {13}: 28). Dengan berdzikir kita akan selalu ingat balasan pahala dan ancaman siksaan Allah.

Tentu itu semua harus melalui  proses yang panjang. Hujjatu al-Islam Imam al-Ghazali dalam kitab Mukasyafah al-Qulub yang menerangkan tahapan agar hati dekat dengan-Nya sebanyak 111 bab, beliau memulai dengan Khauf (rasa takut), sebab dengan adanya rasa takut pada Allah, kita sadar bahwa kita hanya sebatas hamba sahaya yang lemah yang tidak lain adalah  untuk liya’budun (beribadah).

Sungguh keliru jika ada anggapan bahwa hati bisa tenang dengan memuaskan diri, mencari kenikmatan dunia sehingga hilanglah rasa sedih dan mencari jalan dengan bantuan makhluk lemah. Alangkah indah lantuan kata Rabiah, “Engkau –Allah-, wahai hidupku!!, wahai harapanku!!, tanpa enkau aku tiada di atas bumi ini”.

Ketika telah meresap dalam hati, Dia (Allah) akan menjadikan hati itu dipenuhi rasa cinta dan kasih sayang. Yang keras beralih lunak, yang kasar menjelma lembut, yang kering berubah jadi basah, yang liar menjadi jinak. Tiba-tiba pandangan mata, sentuhan tangan, pembicaraan, gerak anggota badan, dan getar hati menjadi sebuah simfoni. Semua menjadi lantunan irama belas kasih Allah pada Hambanya.

Al-Maqamat Warisan Karya Sastra Berharga


Oleg Grabar, sejarawan dari Universitas Princeton dalam The Illustrations of the Maqamat, menyebut bahwa ada sekitar 50-an cerita pendek yang tidak saling terkait yang tertuang dalam hasil tulisan Al-Hariri itu. Pada setiap cerita itu disematkan pula nama-nama kota besar Islam pada masa tersebut.

Menurut Grabar, kualitas penulisan, kemampuan puitis, serta kefasihan bahasa al-Hariri dalam al-Maqamat sangat terasa. Faktor tersebut membuat Al-Hariri menjadi cendekiawan Muslim yang sangat terkenal. Manuskrip karya Al-Hariri tetap dipertahankan dari masa ke masa dan menjadi rujukan penting.

Selama tujuh abad, jelas Philip K Hitti, al-Maqamat dipandang sebagai warisan karya sastra yang berharga di bidang sastra Arab, setelah Al-Qur’an tentunya. Buah pemikiran Al-Hariri tersebut merupakan kejayaan sastra Arab klasik yang pengaruhnya masih bisa ditelusuri sampai era modern, demikian ungkap Julie Scott dan Paul Starkey.

Muncul fenomena menarik sekitar abad ke-13. Di beberapa kota besar Islam, seperti Damaskus maupun Baghdad, sejumlah fragmen cerita dalam al-Maqamat diilustrasikan lewat gambar-gambar yang menarik. Ilustrasi gambar itu ikut menandai perkembangan seni lukis di dunia Islam.

Dari gambar-gambar tadi, para sejarawan dapat mengetahui tradisi, budaya, maupun kebiasaan masyarakat hingga kalangan intelektual pada abad pertengahan. Mulai dari corak pakaian, arsitektur bangunan, jenis barang rumah tangga, hingga kehidupan sosial pada masa tersebut. Lalu, menyebar ke seantero dunia Islam. Termasuk, di Andalusia.

Bahkan, melalui al-Maqamat, sosok al-Hariri ikut memberikan nuansa serta pengaruh besar terhadap aspek sastra dan kesenian yang berkembang di Eropa pada masa Renaisans. Tiga manuskrip karya sastrawan ternama ini bersama ilustrasinya tersimpan di Bibliotheque Nationale de France, Prancis.

Sumber: Republika

Kebenaran Yang Menunggu

Dia sedang tersimpuh, duduk di depan teras rumahnya. Melihat air hujan yang membasahi tanah airnya. Wajahnya yang yang bersinar bak sinar rembulan berubah menjadi bunga yang lusuh. Rasa psimis, kecewa, gelisah, gunda, gelisah dan bingung menjadi teman setia. Entah, ia seakan menunggu nasib sebagai seorang fatalis.
Solusi, Jalan keluar, dan pentunjuk adalah suatu yang di tunggu-tunggu orang-orang saat itu. Tapi kenapa ia saat ini hanya bisa di lihat di balik guyuran hujan yang lebat. Yang dulunya jelas di pandang menjadi suatu yang samar, rabun. Yang dulu indah bersamanya menjadi hampa, gelap.
Hai,, udahlah tidak usah di pikir, biarlah mereka mencari sesuka mereka”, sahutku padanya.
Tunggulah sebentar. Aku yakin mereka bukan tidak melihatku, hanya saja mereka lupa”, dengan suara terbata-bata ia paksa untuk menjawabnya.
Apa kamu ingin di perhatikan oleh mereka?” sapaku padanya dengan nada penasaran.
Bukan, aku hanya ingin mereka tidak lupa padaku”, jawabnya yang lesuh disertai air mata yang menetes di lesung pipinya.
Saya tidak bisa membaca apa yang ia pikirkan. Hanya kata-kata singkat yang keluar dari kedua bibirnya. Meski dengan suara yang lesuh, aku merasa ia bukan hanya sebatas menjawab padaku. Tapi ia ingin memberitahuku bahwa ia siap menolong mereka sampai kapanpun.
Beberapa saat kemudian. Suara tetesan air hujan semakin deras. Bercampur dengan suara lirih desahan tasingannya yang ia paksa untuk tidak menangis. Tanpa sengaja, entah kenapa saya prihatin padanya; yang tadi hanya ingin menenangkannya, berubah menjadi ingin selalu bersamanya. Yang tadinya hanya ingin membantunya, berubah menjadi ingin selalu menolongnya.
Saya khawatir, ia akan di lupakan oleh mereka. Jika mereka tetap saja tidak peduli. Dalam benakku, saya berfikir, “Jika ia hanya ingin tidak dilupa oleh mereka, itu hanya sia-sia saja”. Mengharap suatu yang sulit untuk dicapai keculai mereka menyadarinya. “Bagaikan ruang kegelapan tanpa sinar yang menunggu sinar itu datang sendiri”.
Mungkin mereka berada di kegelapan itu. Tanpa adanya cahaya, sinar, dan teman dalam hatinya. Sedangakan yang lain hanya bisa menonton di tempat ia berteduh. Seandainya bisa saya berharap bisa menolongnya dan saya akan selalu berada di sampingnya.
Lalu dengan rasa bersalah, saya tidak tahan untuk menariknya dan mengajaknya untuk tidak menghiraukan mereka itu.  Antara takut dan ragu-ragu dalam benakku. Apa jawaban yang akan di lontarkan padaku. Mungkin ia akan marah atau malah memusuhiku. saya pun memaksa diri dan memberanikan diri kepadanya.
Apa sih, tujuanmu?”, sejenak pertanyan yang bisa saya katakan padanya.
Ia menoleh padaku tanpa ada satu katapun yang ia ucapkan. Denga tatapan mata yang tajam, hingga membuatku takut. Saya pun berpikir ia marah padaku. Dan ketika saya mulai mengatakan untuk kedua kalinya. Serentak ia lalu menjawab dengan tetesan air mata yang mengalir deras di kelopak matanya, membasahi pipinya. Denga suara merdu yang keluar dari kedua mulutnya.
Aku ini kebenara. Aku tidak takut untuk tidak diperhatikan oleh mereka. Aku hanya khawatir pada mereka yang melupakanku. Jelas aku ini hanya ingin membawa apa yang benar, membawa ketentraman di antara mereka. Coba lihat mereka. Saling mencemooh, mengejek, bertengkar, berebut. Mereka lupa apa tujuan mereka. Salah satu mereka lali klo mereka benar-benar salah, mereka hanya mementingkan pribadi mereka”. Tangkasnya.

23-11-2016 
Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo

Terobosan Ilmu Pengetahuan Modern


Pada era modern dan teknologi saat ini, ilmu pengetahuan mengalami berkembangan yang sangat pesat. Seluruh Dunia berlomba-lomba dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Sehingga dari perkembangan tersebut banyak produk-produk baru yang dipamerkan, baik dalam bentuk benda maupun suatu gagasan baru. Salah satu bentuk produk pemikiran yang berkembang saat ini adalah bahwa ilmu pengetahuan bisa didapat dengan proses berfikir secara rasio tanpa ada sangkut pautnya dengan agama. Akibatnya, terdapat dikotomi pandangan hidup masyarakat dalam mempelajari ilmu pengetahuan.

Di era kosmologi saat ini, banyak kalangan masyarakat khususnya pelajar melupakan konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan. Bahwa konsep dasar ilmu pengetahuan adalah mencari suatu kebenaran. Dalam Islam konsep penting dalam ilmu pengetahuan adalah wahyu yang menjadi penggerak dalam segala aspek kehidupan. Berbeda dengan ilmu pengetahuan menurut golongan sekulerisme, mereka membedakan antara ilmu dan agama. Untuk menyelamatka pandangan masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan setidaknya kita berpacu pada Al-Quran dan Hadits. Sebab keduanya merupakan dasar pokok yang mendampingi kehidupan di alam semesta ini. Salah satu terobosannya adalah menerapkan Islamisasi Sains.

Islamisasi Sains adalah salah satu metode dalam mengislamkan ilmu pengetahuan yang tidak lain tujuannya adalah mengembalikan hakikat ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Islamisasi adalah gagasan yang di cetuskan oleh cendikiawan muslim terkenal asal Malaysia, yaitu Prof. Syed Naquib Al-Attas. Pertama kali pemikirannya ini di sampaikan dalam konferensi pendidikan Islam di Mekkah. Dalam acara tersebut, cendikiawan yang merupakan founding father ISTAC (Internasional Institute of Islamic Thought and Civilization) ini menyampaikan gagasannya tentang Islamisasi Ilmu Pengetahuan kontemporer sebagai solusi dari sumber utama problematika masyarakat khususnya umat islam dalam bidang ilmu pengetahuan.

Menurut al-Attas, Islamisasi Ilmu pengetahuan kontemporer tidak lepas dari pandangan bahwa tidak ada ilmu pengetahuan yang bebas nilai (Value free) Sedangkan ilmu pengetahuan sangat sarat dengan nilai-nilai (value laden). Hal ini perlu di pahami bahwa pengetahuan yang merupakan salah satu sarana dalam mengetahui kebenaran merupakan hakikat dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Tidak menurut pandangan masing-masing individu dalam menilai setiap apa yang menurutnya benar. Berbeda dengan pengetahuan versi Barat yang sangat sarat dengan relativisme dan sekulerisme. Dengan demikian menurut Barat hal-hal yang tidak sesuai perlu di singkirkan yang tidak bisa di buktikan secara rasio dan haru bersifat empiris.

Selanjutanya menyikapi problematika modern saat ini, Islamisasi Sains merupakan jalan utama merubah pandangan hidup masyarkat dalam mengembalikan hakikat ilmu pengetahuan yang sebenarnya.  Salah satu caranya adalah memasukkan Islamisasi Sains dalam kurikulum pembelajaran baik tingkat SMP, SMA, dan tingkat perguruan tinggi. Selain mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan pelajar di kembalikann untuk mengetahui bahwa segala ilmu itu berasal dari wahyu. Sebab wahyu bersifat qath’i dan tsubut yang langsung dari pencipta ilmu pengetahuan, yaitu ALLAH swt.

Tidak terkecuali ilmu-ilmu yang membahasa tenntang kauniyat (alam semesta) seperti astronomi dan ilmu-ilmu lain seperti psikologi, geografi, fisika, kedokteran, kimia, biologi, arsitek, bio-kimia, sosiologi, politik dan lain-lain. Dengan kata lain antara ilmu pengetahuan dan agama (wahyu) memiliki komplementasi, yaitu antara keduanya (ilmu dan agama) saling mengisi dan memperkuat satu sama lain, tapi masing-masing tetap mempertahankan eksistensinya tersendiri. Sehingga masyarakat bisa kembali kepada hakikat kehidupan yang yang nyaman dan sejahtera.

Walhasil, dari pembahsan di atas bisa kita tarik kesimpulan bahwa Islamisasi Sains adalah satu-satunya cara dalam mengembalikan hakikat ilmu pengetahuan, yaitu mencari suatu kebenaran yang sumbernya dari wahyu. Meski kita tidak memungkiri bahwa ilmu pengetahuan tidak semua dari Islam akan tetapi hakikat dari semua ilmu pengetahuan adalah dari wahyu. Dan pada zaman modern saat ini menurut penulis sangat cocok untuk menerapkan sistem pendidikan dengan menggunakan metode Islamisasi Sains dalam segala ilmu pengetahuan. Sebab pada zaman sekarang adalah zaman serba bingung, tidak bisa mengtahui mana yang benar dan mana yang salah. Allahu ‘a’lam bissawab.

Dokrin Sunni dalam Kurun Sejarah

Dokrin Sunni dalam Kurun Sejarah

Mengutip suatu peristiwa tak kan lepas dari perjalanan historis tentang kapan peristiwa itu di mulai. Abu Hasan Al-Asy’ari dan Al-matudridi misalnya, mereka berdua dalam salah satu dokumen sejarah adalah orang pertama yang membuat tentang doktrin-doktrin akidan sunni saat itu. Yang sekrang di ikuti oleh mayoritas penduduk Indonesia.
Begitu juga menilik suatu ideologi tentang suatu akidah masih butuh di telusuri dengan dokumentasi sejarah, mulai dari awal berdirinya dan generasi selanjutnya. Salah satunya adalah Ahli-sunnah wal-jamaah yang lebih terkenal saat itu dengan sebutan sunni. Pada awal kemunculannya, golongan ini lebih tersohor dengan sebutan Salafiun (orang-orang yang mengikuti Nabi, Sahabat ),yaitu adalah di zaman para tabiin. Di antara tokoh-tokoh saat itu adalah Abdullah bin Umar, Abdullah bin abbas, Hasan Al-basri,Umar bin abdul aziz, dan imam Abu Hanifa. Tokoh-tokoh sunni saat itu mengedepankan doktrin yang nengah menengah.
                Dan setelah beberapa kuru dan waktu bejalan. Pemikiran sunni terus berkembang dengan mengikuti situasi dan kondisi. Pemikiran-pemikirn ini di teruskan oleh generasi setelah tokoh-tokoh di atas, dan menjadi cendikiawan yang cerdik saat itu. Di antara adalah Al-Muhasibi, dan di lanjutkan oleh Ibnu Kullab yang saat itu terjad peperangan politi
                Setelah beberapa dekade, lalu muncullah generasi selanjutnya dari tokoh salafiun yang mematahkan semua argumentasi Mu’tazilah. Yaitu adalah Abu Hasan Al-Asy’ari yang sebelumnya adalah penaganut Mu’tazilah dan Al-maturidi cendikiawan yang mahir dalam bermain logika. Barulah setelah munculnya mereaka berdua golongan salafiun lebih terkenal dengan sebutan ahli sunnah wal-jamaah (sunni).
                Dan setelah pemikiran-pemikiran sunni trus berkembang sesuai dengan konteks yang melingkupnya ,mulai dari pasca para sahabat sampai paca Al-Asy’ari, lalu pemikiran ini di lanjutkan oleh Imam Haromain, Imam Al-Ghozali, Al-syahratstani, ar-rozi dan sampai Zaini Dahlan. Dan di kembangkan oleh KH.Hasyim Asy-ari di Indonesia yang lebih terkenal dengan Nahdhtul Ulama (NU)
                Dalam konsep pemikiran tokoh-tokoh di atas memberikan kontribusi pemikiran di dunia islam, yang mengedepankan teori Tawassuth, Tawazun, I’tidal, dan tasamuh. Misalnya Hasan Al-Basri yang saat itu hidup di tengan iklim politik tidak menampakkan sikap yang konfrontatif atau sebealiknya Akomodatif. Begitu juga yang di lakukan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari membuat teori pemikiran kombinasi antara dalil Naqli dan dalil Aqli.







Jangan Takut Menikah Mida: Antara Hak Asasi Manusia & Hak Asasi Syariat.


"Abi tidak rela api sekecil korek api sekalipun menyentuh tubuhmu nak, apalagi api neraka jahanam, Inilah yang membuat abi membuka jalan pernikahanmu, karna ingin Alvin, abi dan kita semua selamat. Abi tidak ingin hati, pikiran, mata dan telinga berbuat maksiat!". Pesan KH. Arifin Ilham kepada M. Alvin (Putra sulungnya).


Nikah bukan sekedar tinta hitam di atas putih. Bukan sekedar sidang di pengadilan agama. Bukan pula sekedar surat tanda nikah di KUA, melainkan nikah adalah hak setiap umat manusia untuk menjalani ibadah dan sunnatullah. Sebab dalam pernikahan terdapat suatu berkah, dapat membuka rizki dan membuka pintu keselametan dari perbuatan dosa dan maksiat. 

Nikah juga bukan hanya hak setiap manusia, melainkan merupakan hak syariat kepada umat Islam selama menjalani kehidupan di dunia dan akhirat dengan baik. Dalam fiqh tradisional, para ulama mengkhususkan bab nikah dengan bertujuan bahwa suatu pernikahan merupakan konstruksi syariah yang harus dilaksanakan untuk menjaga dari perzinaan. Bukan hanya material yang harus di perhatikan bahkan ketakwaan dan ibadah yang menjadi prioritas dalam agama. Sebab dalam pernikahan seorang suami akan menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya untuk lebih dekat kepada Allah.

HAM yang orientasinya kepada prinsip-prinsip moral atau norma-norma humanis bukan standar kemanusiaan yang sebenarnya. Tanpa ada agama suatu kehidupan akan menjadi sekuler. Begitu juga halnya dengan nikah, bukan hanya terbatas pada harta, dan jabatan yang menjadi tolak ukur. Melainkan Akhlak dan uswah hasanah yang menjadi manusia yang hakiki. 

Beberapa hari yang lalu kita di kejutkan dengan pemberitaan pernikahan Alvin putra sulung KH. M. Arifin ilham yang memiliki paras tampan. Bukan karna ia artis atau yang lainnya melainkan ia berani mengambil keputusan menikah di usia mudah (17 tahun). Alvin menjadi salah satu orang yang berani membuktikan bahwa nikah muda bukanlah hal yang menakutkan. Masalah menikah bukanlah di umur melainkan seberapa siap mereka menjalani, bukan pula di mana ia sekolah, bekerja dan apa yang ia miliki, melainkan dimana ia siap untuk menjadi imam keluarganya. Alvin yang masih muda membuktikan jika dirinya sudah siap untuk menempuh rumah tangga dengan wanita pilihannya. 

"Kekecewaan terbesar seorang suami adalah ketika istrinya mendapat pujian, godaan atau gombalan dari laki- laki lain. Kekecewaan terbesar seorang suami adalah ketika sang istri memposting foto/video dirinya di hadapan publik yang akhirnya bisa jadi kenikmatan publik terlebih untuk kaum lelaki,"

Nah, bagaimana dengan mu? udah siap nikah?.





Wali Songo Mitos atau Fakta?



CIOS UNIDA - Sudah tidak asing lagi bahwa wali songo merupakan salah satu dari bukti sejarah akan penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Cerita-cerita tentang wali songo sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di telinga para muballighin ketika berceramah tentang penyebaran Islam di pulau Jawa. Begitu juga dengan cerita-cerita dari orang-orang tradisional mulai dari nenek moyang kita sampai orang-orang yang perna berada di zaman wali songo. Selain itu juga ada bukti-bukti secara materi seperti; simbol-simbol, manuskrip dan buku sejarah bahwa mereka benar-benar ada. Salah satu bukti yang sangat otentik adalah manuskrip sunan Bonang (Makhdum Ibarim) yang masih terjaga di negara Belanda (baca; primbon sunan bonang) dengan bahwa Aksara Jawa “hana caraka deta sawele padha jayana”.

Kita tau bahwa perjuangan wali songo terhadap agama Islam di era yang di dominasi kebudayaan Hindu-Budha, telah di ubah menjadi kebudayaan Islam saat itu. Pada abad 10 pelbagai bentuk tradisi di Jawa yang berbau syirik oleh wali songo di ganti dengan nilai-nilai agama Islam. Seperti sesajen-sesajen kepada arwah nenek moyong, tumbal seorang anak perempuan, dan lain-lain telah di ganti dengan doa-doa, dzikir-dzikir bersama serta shadaqoh.

Namun, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa wali songo itu tidak nyata (mitos). Mereka beparadigma bahwa wali songo hanyalah seorang manusia biasa yang tidak memiliki pengaruh yang sangat besar atas umat Islam di Nusantara. Statemen ini yang menjadikan bahwa apa yang di hasilkan oleh wali songo di umat Islam yang berbau syirik harus di tinggalkan dan harus di ubah karena tidak sesuai dengan syariah Islam.

Dari bukti di atas tersebut sudah bisa di pastikan bahwa wali songo benar nyata dan merupakan salah satu tokoh ulama yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa, ini bisa di perkuat dengan buku karya sejarah fenomenalnya, Abu Abdillah Muhamma Ibnu Bathutah, “Kanzu al-Hum”. Dan masih banyak lagi bukti-bukti otentek-ilmiyah yang bisa kita jadikan argumentasi atas keberadaan wali songo sebagai muballigh dan penyebar ajaran Islam di Jawa.


Wali Songo Mitos atau Fakta?
Bukti ontentik-ilmiyah keberadaan wali songo
Kajian Centre for Islamic Occidental Studist (CIOS)

*Oleh : Azmi Arroisiy

________________________________________

*Mahasiswa Unida Gontor Fakultas Syariah. Artikel pendek ini adalah hasil kajian Ahad Malam (21/8/2016 ) dengan Pemateri al-Ustadz Harisman, M. Ud salah satu Mahasiswa Pancasarjana Unida Gontor. Kajian ini merupakan kajian rutin yang di laksanakan oleh Centre for Islamic Occidental Studist (CIOS) dan Junior Researcher (JR). Terima kasih atas support dari ketua DEMA  untuk selalu mengembangkan potensi mahasiswa Unida dalam memperdalam ilmu pengetahuan. :D

Kitab Karya Habib Abu Bakar al-Adni Yaman


Kitab-kitab dan sejarah ulama Salaf Tarim, Hadramaut, Karya Sayyidi Al-Habib Abu Bakar Al-Masyhur Al-Adni. Silahkan di Dowload Link :



❄❄
كتب تراجم وسير
=========
للحبيب أبي بكر العدني بن علي بن أبي بكر المشهور نفع الله به
صفحة الكتب
https://archive.org/details/GalaAlhmm

الروابط المباشرة للتنزيل :
الإمام المهاجر إلى الله أحمد بن عيسى
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alimam.Mohajr.pdf

الإمام عبيدالله بن المهاجر
https://archive.org/download/00T100/00T%202.pdf

الإمام عبيدالله بن المهاجر إلى الله وأولاده الثلاثة علوي وجديد وبصري
http://archive.org/download/GalaAlhmm/ObaidllahhisSons.pdf

بنو جديد
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Bano.Jaded.pdf

الإمام محمد بن علوي صاحب مرباط
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Sahib.Morbat.pdf

الأستاذ الأعظم الفقيه المقدم محمد بن علي باعلوي
http://archive.org/download/00t12/00t%2012.pdf

الشيخ عبدالله باعلوي
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alshih-Abdullh.Baalwi.pdf

العطر العودي في ترجمة الشيخ سعيد العمودي
http://archive.org/download/GalaAlhmm/AletrAlody.pdf

الإمام محمد بن علي باعلوي (مولى الدويلة)
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alimam-Mohammed.bin.ali.pdf

الإمام الشيخ عبدالرحمن السقاف
http://archive.org/download/GalaAlhmm/AlimamAssggaf.pdf

الشيخة سلطانة الزبيدية
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alshihh-Sltanh.Azzobidiyh.pdf

العيدروس الأكبر
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alaidaroos.pdf

جلاء الهم والحزن بذكر ترجمة صاحب عدن
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Gala-alhmm.pdf

الشيخ معروف باجمال
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alshih-Maroof.Bajmmal.pdf

الغيث الهامع في ترجمة الشيخ عبيد عبدالملك بانافع
http://archive.org/download/GalaAlhmm/Alshih-ObaidBanafa.pdf

قبسات النور في ترجمة الحبيب علي المشهور

http://archive.org/download/GalaAlhmm/Gabasat.Annor.pdf

SEMOGA BERMANFAAT.....